Minggu, 31 Mei 2009

Gunung Bromo Kamis, 25 September 2008
Topik: Wisata

Gunung Bromo merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Tempat wisata alam ini terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di timur kota Malang, Jawa Timur. Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata. Apa saja keistimewaan Gunung Bromo?

Kumpulan.info - Dingin, begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.

Pemandangan dari Gunung Pananjakan Bromo

Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan

Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.

Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Tangga Menuju Kawah Bromo

Kawah dan Lautan Pasir Bromo

Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.

Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.

Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.


Anda dapat berlangganan info gratis via e-mail. Silahkan klik link di bawah ini:
» Berlangganan Info Terbaru Gratis di Kumpulan.Info
Bagikan dan sebarluaskan artikel ini:
Judul: Gunung Bromo
URL: http://kumpulan.info/wisata/tempat-wisata/53-tempat-wisata/95-gunung-bromo.html

Tangkuban Perahu

Help us improve Wikipedia by supporting it financially.
The results for Wikimedia's licensing update vote have been announced. View the results here.
[Hide]
[Help us with translations!]


From Wikipedia, the free encyclopedia

(Redirected from Tangkuban Parahu)
Jump to: navigation, search
Tangkuban Perahu

Elevation 2,084 metres (6,837 feet)
Location West Java, Indonesia
Coordinates 6°46′S 107°36′E / 6.77°S 107.60°E / -6.77; 107.60
Type Stratovolcano
Last eruption 1983 [1]
Easiest route hike

Tangkuban Perahu, or Tangkuban Parahu in local Sundanese dialect, is an active volcano 30 km north of the city of Bandung, the provincial capital of West Java, Indonesia. It is a popular tourist attraction where tourists can hike or ride to the edge of the crater to view the hot water springs upclose, and buy eggs cooked on its hot surface. This stratovolcano is on the island of Java and last erupted in 1983.

In April 2005 the Directorate of Volcanology and Geological Hazard Mitigation raised an alert, forbidding visitors from going up the volcano. "Sensors on the slopes of the two mountains - Anak Krakatoa on the southern tip of Sumatra Island and Tangkuban Perahu in Java - picked up an increase in volcanic activity and a build up of gases, said government volcanologist Syamsul Rizal." [1]

Contents

[hide]

[edit] Local Legend of the Mountain

The crater of Tangkuban Perahu, Bandung, West Java.

The name translates roughly to "upturning of (a) boat" or "upturned boat" in Sundanese, referring to the local legend of its creation. The story tells of "Dayang Sumbi", a beauty who lived in West Java. She cast away her son "Sangkuriang" for disobedience, and in her sadness was granted the power of eternal youth by the gods. After many years in exile, Sangkuriang decided to return to his home, long after the two had forgotten and failed to recognize each other. Sangkuriang fell in love with Dayang Sumbi and planned to marry her, only for Dayang Sumbi to recognize his birthmark just as he was about to go hunting. In order to prevent the marriage from taking place, Dayang Sumbi asked Sangkuriang to (1) build a dam on the river Citarum and (2) build a large boat to cross the river, both before the sunrise. Sangkuriang meditated and summoned mythical ogre-like creatures -buta hejo or green giant(s)- to do his bidding. Dayang Sumbi saw that the tasks were almost completed and called on her workers to spread red silk cloths east of the city, to give the impression of impending sunrise. Sangkuriang was fooled, and upon believing that he had failed, kicked the dam and the unfinished boat, resulting in severe flooding and the creation of Tangkuban perahu from the hull of the boat.

[edit] See also

[edit] References

  1. ^ "Tangkubanparahu". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. http://www.volcano.si.edu/world/volcano.cfm?vnum=0603-09=.

[edit] External links

Candi